Jumat, 30 November 2012

little sweet fams


  woohoo........HYUNRI IS BACK *koprol*
hahahaha dateng dengan fanfic request yang ga tau udah berapa lama dipesennya, akhirnya bisa post juga setelah fanficnya bersarang lama di folder, buat chaeyong eonni yang udah nunggu lama banget, maaf ya baru bisa dipost sekarang *bow*
maaf juga kalo ada typo-typo dikit ya ^^

CAST:
·         Choi Chae Yong(OC) as eomma
·         Lee Jinki as appa
·         Lee Jeong Shin
·         Lee Jin Yong

 ***
PROLOG

                “halmeoni serius?”
Chaeyong duduk mendekati neneknya yang sedang duduk menghadap jendela dan menyesap tehnya, neneknya menatap chaeyong dengan mata sayunya “aaa ne algesseumnida halmeoni” sambung chaeyong yang sudah mengerti jawabannya dari tatapan sang nenek.

“tapi apakah harus secepat itu?” chaeyong bergerak maju memeluk neneknya dari samping dengan manja dan menempelkan wajahnya ke wajah neneknya, dengan lembut sang nenek mengusap lengan chaeyong yang mengalung dilehernya “tidak, tunggu sampai kau lulus sekolah saja, arrachi?” 



Belum sempat chaeyong meng-iya-kan perkataan neneknya, suara bel rumahpun mengalihkan perhatian nenek dan chaeyong, bergegas chaeyong membukakan pintu rumah neneknya dan disana jinki laki-laki yang akan dijodohkan dengan chaeyong sudah berdiri diambang pintu dengan senyum yang membuat siapapun ingin mencubit pipinya.

“boleh aku masuk?” Tanya jinki setelah beberapa saat chaeyong hanya diam sambil memegangi gagang pintunya. Chaeyong berkedip, kembali dengan ‘sok cool’nya dan langsung menepi, mempersilakan tamunya masuk.

Jinki masuk mendahului chaeyong setelah mengganti sepatunya dengan sandal rumah yang disediakan dan langsung menghampiri nenek dan langsung disambut dengan ramah oleh nenek, chaeyong memandangi keduanya, ia merasa neneknya sangat bahagia berada didekat jinki, sungguh terlihat seperti nenek dan cucu kandung.

Nenek beranjak dari duduknya dan mengajak chaeyong serta jinki untuk duduk santai di halaman belakang rumah. Mereka bertiga mulai membicarakan hal yang serius yang akan dijalani oleh chaeyong dan jinki nanti.

Chaeyong melihat gerak gerik jinki, senyum mengembang selalu ia tampakkan terlihat seperti tidak ada beban didalam dirinya, chaeyong merasa sedikit lega karena itu setidaknya ada kemungkinan bahwa dalam diri mereka masing-masing ada perasaan yang sama pula.

Meski jinki tampak ceria disana tapi dia sama sekali tidak terlihat sedang main-main, justru sebaliknya kesan meyakinkanlah yang muncul dalam setiap senyumnya, dan mungkin itulah alas an mengapa nenek menjodohkan chaeyong dengan jinki, dan semoga pikiran chaeyong yang mengatakan bahwa jinki adalah orang yang tepat itu tidak salah lagi.

Sekitar 2 jam obrolan mereka selesai dan jinkipun mengantar chaeyong pulang kerumahnya, mereka berdua menyusuri trotoar yang teduh. Jinki menuntun sepedanya dan chaeyong berjalan dengan diam disampingnya.

Mungkin karena baru beberapa kali bertemu jadinya mereka terlihat masih canggung tapi jinki selalu mencoba untuk mengejak chaeyong bercanda meskipun diujung pasti tawa garing dari jinki sendirilah yang keluar, selalu begitu sampai mereka berdua benar2 sampai didepan rumah chaeyong.
                

            -CHOI CHAE YONG-
Seorang mahasiswi berusia 26 tahun, penampilannya tomboy dan sedikit cuek, tidak seperti wanita sebayanya yang sering keluar masuk salon atau butik untuk bergaya, dia lebih memilih berambut pendek, memakai kemeja atau hoodie dengan jeans, sneakers dan juga tas ranselnya. Hobinya bermain basket bahkan dia terpilih menjadi kapten tim basket dikampusnya, tapi siapa sangka dibalik penampilannya yang seperti itu, dia adalah seorang ibu dengan 2 orang anak, jeongshin dan jinyong.

Niat awal orang tua chaeyong untuk menikahkan putrinya dengan pria yang chaeyong pilih sendiri itu adalah supaya chaeyong bisa menjadi sedikit lebih feminin, tapi nampaknya usaha yg paling klimaks itupun belum berhasil karena chaeyong masih seperti chaeyong yang dulu.

-LEE JINKI-
Penyanyi sekaligus gitaris sebuah band yang lumayan terkenal di seoul ini diketahui adalah suami dari seorang choi chaeyong, usianya 3 tahun lebih tua darinya. Wajahnya tampan dan terlihat 5 tahun lebih muda dari usia sebenarnya, mata yang membentuk bulan (sangat) sabit saat dia tersenyum, dia juga memiliki ‘wide smile’ yang sangat menawan.

Jinki adalah orang yang mudah bergaul, sangtae itulah julukan yang sangat melekat pada diri seorang lee jinki, tapi dibalik itu semua, dia memiliki pribadi yang membuat semua ibu-ibu ingin menjodohkan putri mereka dengannya.

Pertemuannya dengan chaeyong disebuah acara musik 11tahun lalu itu mungkin bisa dibilang jodoh, dan bisa dibilang juga ia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama, pada awalnya dia tidak mempercayai itu, tapi tanpa disangka pertemuan itu menjadi awal dimana dia dan chaeyong menjadi sering bertemu karena ternyata pacar dari teman satu bandnya, jonghyun, adalah teman baik dari seorang chaeyong.

Seoul, 12 mei 2001

Ia mengepal lightsticknya tanpa menggerakkan, bahkan menghidupkan lampunya saja tidak, tidak seperti penonton lainnya yang rata-rata usianya sama dengannya yang heboh meneriaki nama member-member band itu termasuk sahabat di sebelahnya yang begitu antusias meneriaki nama seniornya semasa SMP dulu, pandangannya lurus kedepan, memandangi sebuah grupband yang sedang talkshow diatas panggung sana, ia sama sekali tidak berminat untuk melakukan hal yang sama seperti yg dilakukan kebanyakan dari mereka.

Beberapa menit kemudian, lampu studio mulai dimatikan dan hanya tersisa lampu panggung yang tidak terlalu besar itu yang menyala, dentuman drum mulai menggema bersamaan dengan bertambah ramainya sorakan dari penonton.

Kelima penyanyi sekaligus pemegang alat musik itu mulai berinteraksi dengan penonton saat mereka mulai benar-benar memainkan lagu pertama mereka.

Ia masih menggengam lightsticknya seperti tadi, tapi kini matanya tidak lagi datar menatap panggung, rasanya tidak malas lagi tapi lebih tepatnya ia sedang terpesona sekarang saat seorang gitaris itu mulai mengeluarkan suara yang terdengar khas, serta wide smilenya itu terlihat jelas dilayar LCD besar diatas panggung itu yang membuat jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang.

Jujur ini baru kedua kalinya ia menonton sebuah pertunjukan seperti ini, karena memang ia tidak begitu tertarik untuk itu, ia hanya lebih suka menonton pertandingan basket dari pada membuang uang untuk menonton seperti ini, toh di TV pasti juga akan ditayangkan, pikirnya.

Tapi kali ini kenapa berbeda?
Apakah ini yang dinamakan fangirling?
Seperti inikah rasanya?

Ia mengedarkan pandangannya, semua orang berteriak, bahkan ada yang berdiri sambil melonjak dan hanya dia yang diam dan sesekali memegangi dadanya yang berdebar, tidak bukan dia saja, tapi ada satu yang dengan lebih tenang mengangkat lightsticknya dengan satu tangan memegang dadanya yaitu sahabat yang duduk disebelahnya, yang dia ketahui sedang jatuh cinta, jatuh cinta pada bassis didepan sana, kakak seniornya dulu.

Kita berdua? Gadis itu dan sahabatnya saling berpandangan sejenak sebelum si sahabat berpaling untuk kembali melihat pujaan hatinya diatas panggung.

Ah ahni

Gadis itu menggeleng lalu menunduk sambil memejamkan matanya.

***

Seoul, 12 mei 2012
“jeongshin-a, bangunkan appamu sana” perintah chaeyong pada anak laki-lakinya sambil mengoles selai coklat di keempat roti yang sudah ia siapkan setelah sebelumnya ia menyiapkan tasnya dan juga mendandani anak perempuannya yang masih TK untuk berangkat bersamanya “ini bekalmu jinyong-a” ucap chaeyong riang, memperlihatkan kotak makan berisi roti-roti yang ia potong dengan berbagai bentuk, jinyong tersenyum dengan mulutnya yang penuh dengan sarapannya.

Dan dari dalam dengan sedikit berlari jeongshin langsung duduk di kursinya “eomma, appa tidak mau bangun” adunya, chaeyong ber’eh’ ria sesaat kemudian ia mengangguk, benar suaminya baru pulang subuh tadi, pasti ia masih lelah dan sangat ngantuk “ ya sudah biar appamu istirahat, ayo makan sarapanmu”

Pagi itu chaeyong, jeongshin dan jinyong makan dengan tenang tanpa jinki lagi, tapi itu sudah biasa karena kesibukan jinki sebagai musisi yang jadwal terbangnya lumayan padat, tapi tidak jarang juga mereka makan bersama dan juga pergi bersama, dan minggu ini, jinki akan banyak berada dirumah karena ia baru saja menyelesaikan rangkaian tour bersama bandnya.

“jinyong, sudah makannya?” tanya chaeyong setelah melihat jinyong yang berusia 5 tahun itu meletakkan rotinya, ia mengangguk lalu mengambil gelas berisi susu dan meminumnya tapi tidak sampai habis. “aku juga sudah eomma” sambung jeongshin yang piring dan gelasnya nampak bersih, chaeyong beranjak dari duduknya “aaa..pintar anak eomma” ucapnya sambil mengelap belepotan disisi bibir kedua anaknya, bergantian.

Lalu chaeyong mengulurkan tangan pada putri bungsunya, mengajaknya untuk turun dari kursi dan bersiap untuk berangkat kesekolah dan jeongshin setelah meletakkan piring dan gelasnya di tempat cuci piring ia langsung berhambur ke ruang tv, ia memang sedang libur sekolah karena kakak kelas 6 sedang ujian sekarang.

“hap..kajja” chaeyong menggendong putrinya dan membawanya kekamar untuk berpamitan pada jinki sebelum mereka berangkat, chaeyong menurunkan jinyong dari gendongannya dan putri kecil itu langsung menghampiri jinki yang masih tertidur, lalu ia mencium kening dan kedua pipi ayahnya “appa aku berangkat sekolah dulu” ucap jinyong dengan nada suara yang terdengar sangat menggemaskan, jinki menggeliat, membuka sebelah matanya tapi sama saja ia tetap terlihat terpejam karena matanya yang sangat sipit.

“aa..anak appa” gumam jinki lalu memeluk tubuh mungil jinyong dan memejamkan matanya lagi “yah!..appa lepas, aku mau sekolah” rengek jinyong sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan ayahnya “hehe baiklah hati-hati ya sayang, ppoppo” ucap jinki sambil menunjuk pipinya dengan mata terpejam tanpa basa-basi anak polos itu menuruti permintaan ayahnya.

“sudah, jinyong ayo berangkat” ajak chaeyong sambil melirik jam tangannya “ne..” jinyong berlari kecil dengan tas pink kecil bergambar rapunzel menggantung indah dipunggungnya “appa kami berangkat dulu, annyeong” pamit jinyong dan chaeyong pada jinki yang tersenyum hangat walaupun dengan mata terpejam “hati-hati ya oemma, jinyong-a”

“oya appa, jangan lupa sarapannya..itu nanti kalau makan siang, tadi aku sudah memasak jadi tinggal dipanaskan saja, aku pulang agak sore, jadi jinyong kau yang jemput ya” sambung chaeyong sebelum menutup pintu kamarnya. “lideo jinki appa, ingat ya” sambung jinyong dengan cute nya “ne noona-noona”

Jinyong berlari lebih dulu kedepan sedangkan chaeyong masih memasukkan beberapa barang lagi ketasnya “jeongshin-a, jangan keluar rumah kalau appa belum bangun, mainnya didalam dulu ya, arrachi?” jeongshin mengangguk mengiyakan “eomma pulang sore lagi?” tanya jeongshin tanpa mengalihkan pandangannya dari film kartunnya itu “iya, nanti kau ikut saja kalau appa jemput adikmu” jawab chaeyong, jeongshin mengangguk “baiklah eomma berangkat dulu ya” lanjut chaeyong lalu mencium puncak kepala jeongshin “oppa, aku berangkat sekolah dulu ya” teriak jinyong dari arah depan, ia sedang belajar pakai sepatu sendiri sekarang “ne, hati-hati jinyong-a”

***

“dan akhirnya raja dan ratu hidup bahagia di istana barunya bersama anak-anak mereka..selesai” chaeyong menutup buku dongengnya sambil tersenyum lega, lalu melihat ke sebelah kana dan kirinya, kedua malaikat kecilnya sudah tertidur pulas ternyata. Ia meregangkan otot lehernya yang sedikit pegal dan beranjak dari kasur bermotif kartun itu dengan hati-hati agar kedua anaknya tidak terbangun karena gerakannya, ia membenarkan selimut lalu mencium kedua kening dan mengusap lembut kepala anaknya bergantian.

BRUUK “auuch” chaeyong meringis dan menahan pekikannya agar kedua anaknya tidak terbangun, ia baru saja terjatuh karena ujung selimut yang terjuntai di lantai, setelah memastikan dia tidak apa-apa, chaeyongpun berdiri, meletakkan buku dongeng itu di meja belajar lalu keluar kamar dengan membiarkan lampu tidur yang remang itu menyala.

“sudah tidur?” Tanya jinki yang tiba-tiba dating dan melongokkan kepalanya kedalam kamar yang pintunya baru akan chaeyong tutup, chaeyong masih memegang knop pintu sambil mendongak melihat wajah jinki lalu mengangguk cepat. Jinki berada tepat dibelakang chaeyong dan memblokade akses untuk chaeyong sedikit bergeser menjauh darinya. Sedetik, dua detik, tiga detik, empat detik, lima detik “benar sudah tidur” kata itu baru terucap setelah lima detik jinki melongokkan kepala kekamar anaknya.

Jinki mundur selangkah, melihat istrinya diam dengan tangan yang masih memegang erat  knop pintu itu, “yha” desis jinki membuyarkan lamunan chaeyong, chaeyong menoleh dan menyadari jinki sudah tidak memblokade jalannya dengan segera ia menutup pintu kamar dan dengan segera pula jinki merangkul bahu chaeyong untuk menjauh dari kamar kedua malaikatnya.

-chaeyong’s scene-

Lagi-lagi jinki aishh tiba-tiba saja badannya yang jauh lebih tinggi itu ikut mendorongku maju karena kepalanya melongok kedalam kamar yang baru akan aku tutup, nafas hangatnya menyapu puncak kepalaku dan wangi pengharum pakaian aroma blossom yang lembut langsung menyeruak sekarang bisa dipastikan lagi, sedang ada pacuan kuda didalam dadaku.

Entah sudah berapa ratus kali aku berada didekatnya, tapi perasaan seperti ini masih saja muncul, agak tidak biasa memang, tapi ini lah kenyataannya “benar sudah tidur” jinki membenarkan jawabanku tadi setelah memeriksa kedalam kamar “yha” jinki mendesis lebih tepatnya memanggilku dengan berbisik dan aku sadar aku baru saja melamun, dengan cepat aku menutup pintu kamar anakku dan dengan cepat pula tangan lembut milik jinki merangkul bahuku tanpa membiarkanku berbalik terlebih dahulu.

Teras belakang. Jinki membawaku ke teras belakang rumah, aku mengikutinya saja meskipun masih ada bahan yang harus ku pelajari lagi untuk ujianku besok, aku juga butuh udara segar, jinki sepertinya sama, ya jadi aku anggap ini cukup untuk refreshing kita berdua.

“aku harus belajar untuk besok” ucapku dengan nada menolak sambil mendudukkan diriku di lantai kayu dan menjuntaikan kakiku ke tanah, tubuh dan hati ku memang tidak bisa berbohong kalau aku memang butuh sedikit penyegaran setelah hampir dua pekan ini aku sibuk dengan tugas kuliah dan ujianku “hanya satu pelajaran kan untuk besok? Tenang nanti aku temani kau belajar, sekarang santai sebentar tidak apa-apa kan” kata jinki seraya mengikutiku duduk.

Aku tersenyum, lalu mendongak dan menendang-nendang udara dibawah kakiku, aku melirik kearah jinki, kulihat dia juga ikut mendongak sepertiku, sebenarnya tidak ada apa-apa diatas sana hanya saja aku merasakan udara malam ini benar-benar membuatku nyaman “bagaimana tournya kemarin?” tanyaku sambil berpaling ke arahnya “menyenangkan, hyunri juga ikut, dua hari terakhir dia menyusul kami ke incheon” jawab jinki dengan seketika menatap mataku dan aku langsung mengalihkan pandanganku lurus kedepan.

“hhh..mendadak dia jadi grupis, kemanapun jonghyun pergi dia mengikutinya” jinki terkekeh, akupun ikut terkekehmendengar jinki membicarakan sahabatku semasa sekolah dulu yang kini sudah resmi menjadi istri dari kim jonghyun bassist dari grup band yang di ketuai oleh jinki, suamiku.

“kebiasaan saat fangirling semasa SMU dulu kambuh lagi”

“untungnya dia tidak harus dikejar security sekarang” tambah jinki, aku dan jinkipun makin tertawa meskipun harus sedikit ditahan agar anak kami tidak terbangun. “untukmu” aku menghentikan tawa ku saat jinki menyodorkan sebuah benda mirip gelang berwarna pink tepat didepan wajahku, bukan, bukan mirip tapi itu memang gelang, tapi tunggu.. aku menoleh kearah jinki “itu?” aku menggantungkan pertanyaanku sambil memandangi gelang yang sepertinya tidak asing lagi untukku, kulihat jinki terkekeh “aku menemukannya di laci meja belajarmu, ini gelang pasangan kan?” ucapnya sambil menunjukkan tangannya yang memakai gelang yang sama.

Seperti tertangkap basah akupun mengambil gelang yang disodorkan jinki dan langsung menunduk malu, “hahaha kiyeowa” ucap jinki sambil mengacak rambutku.

-chaeyong’s scene end-  

Jinki masih melanjutkan senyumnya sambil mengacak pelan rambut chaeyong, lalu menarik bahu istrinya agar lebih mendekat mendekat dengannya, jujur saja jinki merasa merindukan saat seperti ini, sudah 2 minggu terakhir ia jarang bertemu dengan chaeyong meskipun mereka tinggal satu rumah, karena kesibukannya dan juga chaeyong yang sibuk akan tugas kuliah dan ujiannya.

“untung aku menemukannya, kalau tidak mau sampai kapan kau menyimpannya? Kkk ” Tanya jinki pada chaeyong yang diam sambil memandangi pergelangan tangan kanannya yang dililit gelang pemberian jinki. Chaeyong mengangguk “emm..choayo ” balas chaeyong “emm..besok kita sama-sama mencari barang yang pas untuk mereka, aku tidak pandai memilih barang untuk anak-anak” kata jinki yang langsung terkekeh setelahnya.

“sepertinya aku juga sama”

“kalau begitu, besok kita ajak juga mereka, biar mereka pilih sendiri ~ dan ini…” jinki menggantung pembicaraannya lalu mengecup puncak kepala chaeyong yang dari tadi bersandar di bahunya “biar kita berdua yang punya” lanjutnya.

***

Hommy…perasaan lega dan nyaman itulah yang chaeyong rasakan saat menginjakkan kaki kedalam istana kecilnya, ini baru jam 11 siang dan seharusnya ia baru berangkat tapi karena mendadak ujian dimajukan jadi ia harus berangkat pagi-pagi sekali tanpa sempat menyiapkan sarapan untuk kedua anak dan suaminya.

“eomma…” tangan kecil jinyong tiba-tiba melingkar dipinggang chaeyong saat chaeyong belum sempat melepas sepatunya. Chaeyong tersenyum, mendongakkan kepala putrinya lalu mencium lembut pipi chubby jinyong.

“eh..rambutmu kenapa sayang?” Tanya chaeyong yang menyadari akan keanehan bentuk rambut putrinya itu, sesaat lalu pandangannya beralih pada sosok pria bermata sipit yang sedang nyengir kuda sambil mengangkat sisir dan pita-pita diruang tengah itu.

Chaeyong bergegas melepas sepatunya dan berganti dengan sandal rumah, menggendong putri kecilya dan ia dudukkan lagi ditempat semula, didekat ayahnya “bagaimana ujiannya?” Tanya jinki sambil menyenggol tangan chaeyong, chaeyong menoleh, tersenyum lalu menepuk pelan bahu jinki “lancar” ucapnya kemudian berlalu menuju dapur.

“apakah hari ini jadi?” Tanya chaeyong yang baru saja mengenggak habis air minumnya dan duduk disofa sambil meregangkan otot-ototnya yang sedikit kaku, jinki mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya dari rambut putri kecilnya “jam 3 ya kita berangkat” ucap jinki dan chaeyong mengangguk cepat, senang? Tentu saja akhirnya dia bisa tidur siang juga, setelah menempuh jadwal kuliahnya yang padat.

 -14.30-
 Jinki menengok kedalam kamarnya, dan mendapati chaeyong masih tertidur pulas di kasurnya, jinki mendekat, menyibakkan poni chaeyong dan mencium keningnya. Wajah polos chaeyong saat itu menggambarkan kalau ia benar2 sedang lelah hari ini dan jinki pun memilih mengurungkan niatnya untuk mengajak keluarga kecilnya pergi jalan-jalan.

Jinki tersenyum memandangi istrinya lalu mengacak kembali rambut pendek chaeyong dan meninggalkannya keluar kamar. Diluar kedua anaknya pun masih asik dengan dunianya masing masing, jinki mendekati jeongshin dan jinyong lalu ikut memainkan robot milik jeongshin “appa, appa main ini saja” ucap jinyong lucu sambil menyodorkan boneka teddy bearnya “ah kiyeowa..apa mirip dengan appa??” Tanya jinki sok polos “aniya” jinyong menggeleng acuh sambil mencoba memakaikan baju ke barbienya.

“hoho dasar jinyong” ucap jinki dengan suara yang dibuat-buat.

Jinki mengalihkan pandangan ke jeongshin anak pertamanya “eh jeongshin, kau jaga adikmu ya appa mau keluar sebentar ne”

“appa mau kemana jinyong ikut” sahut jinyong sedikit merengek, “appa hanya sebentar, nanti appa belikan kembang api juga ice cream tapi jinyong dirumah sama jeongshin oppa, arra?” jinki menenangkan jinyong sambil mengusap rambut anaknya yang sudah diam. “iya jinyong dirumah sama oppa ya” sambung jeongshin

“ne” jawab jinyong yang sudah mulai sibuk dengan mainannya, iya menurut saja karena ia percaya ayahnya tidak pernah berbohong padanya.

-16.00-
“appa pulang” sapa jinki saat memasuki rumah dengan 2 katong besar berisi belanjaan, “darimana saja? Bukankah kita akan jalan keluar?” Tanya chaeyong sambil mengambil alih satu kantong belanjaan dan mencoba menengok isi didalamnya “ige mwoya?” tanyanya lagi sebelum jinki sempat menjawab.

Jinki hanya tersenyum sambil terus berjalan menuju halaman belakang rumahnya dan diikuti juga oleh kedua anaknya yang menagih ice cream dan kembang api yang tadi ia janjikan. Dan dengan sabarnya jinki menjawab ocehan anak-anaknya sambil terus melanjutkan aktifitasnya.

“eomma, bisa bantu appa?” seru jinki dari dalam gudang dan dengan kecepatan minimum, chaeyong menghampiri jinki dan membantunya mengangkat alat pemanggang itu keluar “kita akan BBQ-an?” Tanya chaeyong yang terlihat keberatan mengangkat alat itu “ehem…kulihat tadi ~ aa letakkan disini saja” ucapan jinki terpotong “kulihat tadi kau terlihat kelelahan jadinya aku punya ide yg kupikir cukup bagus untuk menikmati weekend ini hehe” lanjut jinki sambil menepuk telapak tangannya yg sedikit berdebu.

“eotte?”

“hmm joh-a” chaeyong mengangguk lalu beralih mengeluarkan isi belanjaan yang dibeli jinki tadi setelah mencuci tangannya.

Matahari sudah semakin tenggelam saat jinki baru saja berhasil menyalakan api di pemanggangnya dan chaeyong yang juga sudah siap dengan dagingnya. Jinki kembali masuk kedalam rumah untuk mengambil ice cream yang ia simpan didalam freezer tadi dan juga mengajak anak2nya keluar untuk menikmati pesta kecilnya.

Chaeyong melambaikan tangannya kearah dua malaikat kecilnya, jinyong berlari kecil, mengembangkan senyumnya dengan kedua pipi yang terangkat ke atas dan membuat matanya melengkung sehingga terlihat sangat mirip dengan ayahnya. 

Sedangkan jeongshin sibuk mengamati bungkusan kembang api yang ia bawa sambil sesekali menarik baju ayahnya untuk menanyakan bagaimana nyala kembang api tersebut, terlihat jeongshin sudah tidak sabar untuk menyalakan kembang api hingga dia harus berlari kearah chaeyong dan menyanyakan ulang pada tentang bagaimana kembang api itu menyala.

“sabarlah sebentar, kalau langitnya belum gelap betul, kembang apinya akan jelek sayang..” ucap chaeyong sambil mengusap pipi anak laki-lakinya itu.

Jeongshin mengangguk pelan, lalu menoleh ke arah jinki “benar begitu appa?” tanyanya, jinki mengangguk sambil menyendokkan beberapa scoop ice cream ke mangkuk jinyong.

Jeongshin meletakkan kembang apinya dan duduk disamping jinyong yang asik mencolek-colek ice creamnya “enak?” tanya jeongshin yang dijawab dengan anggukan imut dari adiknya itu.

Jinki dan chaeyong berdiri didepan pemanggang, mengamati tingkah laku kedua anaknya sambil membolak-balik daging yang sedang mereka bakar, sesekali jinki menatap chaeyong dengan tatapan –seperti itulah anak kita-

~
“jinyong makan yang banyak ya, nanti makan ice cream lagi” ujar chaeyong sambil memotongkan daging untuk jinyong “eomma aku sudah selesai” sahut jeongshin saat baru saja chaeyong ingin menyuruhnya makan lagi.

Jeongshin langsung turun dari tempat duduknya dan menarik baju jinki untuk segera menyalakan kembang apinya.

Jinki menurutinya dan berdiri dengan mulutnya yang masih mengunyah, ia mengambil kembang api berbentuk roket itu dan menancapkannya ketanah lalu menyulutkan api pada sumbunya dan berjalan mundur beberapa langkah.

Terlihat chaeyong menutupi telinga jinyong, begitu juga jeongshin yang menutupi telinganya sendiri dan ‘swiiiiiinggggg....dar..der..dor...duar” kembang api itu menyala ramai di langit, bisa didengar jinyong dan jeongshin bersorak melihat percikan kembang api nya.

Chaeyong sudah tidak lagi menutup telinga jinyong dan beralih ke piringnya lalu menyuapi jinyong kembali serta mencoba menyuapi jeongshin juga, sedangkan jinki sudah siap dengan kembang api yang lebih besar yang akan segera ia nyalakan.
“lihat yang ini akan lebih bagus” ucap jinki sambil membawa kembang api sebesar kaleng potato chips itu menjauh ketengah halaman belakang, menyulutnya lalu berlari kearah chaeyong, jeongshin dan jinyong.
Kembang apipun menyala, kali ini lebih meriah dari yang sebelumnya, jinyong melonjak kegirangan mengikuti kakaknya.

Jinki menghela nafas senang lalu duduk disebelah chaeyong dan merangkulkan tangannya dibahu chaeyong “kau senang?” chaeyong menoleh sekilas lalu kembali memperhatikan kedua anaknya yang melonjak-lonjak itu “ hmm...seperti mereka” jawab chaeyong dengan senyum yang menampakkan semburat merah dipipinya.

“aku juga...” balas jinki sambil memandang jinyong dan jeongshin, sesaat kemudian mendaratlah ciuman kilat dipipi jinki, ia menganga dan menoleh ke-si pemberi ciuman itu, chaeyong yang kini menunduk dengan wajahnya yang merah sempurna, begitu juga jinki wajahnya juga memerah, terkejut dengan surprice yang diberikan chaeyong kali ini.

Chaeyong nampak berdehem, mencoba untuk stay cool seperti biasa “ terimakasih untuk malam ini” ucapnya sambil menepuk pipi jinki pelan seperti menyadarkan jinki dari bengongnya.

“ehh..ya...untuk apa berterima kasih, aku suamimu..dan inilah tugasku, membuat istri dan anak-anakku bahagia” balas jinki yang langsung kembali salah tingkah, ia berdiri dan akan bergabung dengan kedua anaknya.

Langkah jinki terhenti, ia berbalik, menatap chaeyong dan mencium keningnya “saranghae” ucap jinki pelan tapi masih jelas terdengar dan ia langsung berhambur bersama jinyong dan jeongshin, sementara chaeyong duduk mematung disana.

“eomma kemarilah” panggil jeongshin yang menyadarkan lamunan chaeyong, ia mengikuti panggilan anaknya lalu menghampiri mereka dan duduk diayunan sambil melihat mereka bercanda.

Jinki tersenyum lebar dengan sesekali memandang wajah cerah chaeyong yang menahan rasa bahagianya.

-JINKI POV-
Aku tidak bisa menahan rasa bahagiaku saat bersama mereka, malaikatku. Aku mengankat jinyong tinggi-tinggi dan dia tertawa senang, kini jeongshin meskipun agak berat aku juga bisa mengangkatnya, haha...Entah bagaimana, tapi rasanya aku tidak bisa meninggalkan mereka sedetikpun, aku sangat mencintai mereka.
Jeongshin, jinyong dan chaeyong..saranghae.
-END-


_hyunRi_

4 komentar:

  1. waaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!

    nado saranghae appa~!! xDD *peres*

    sukaaaaaa!! sukaaaaaa!!

    tp knp jinki jadi hobi kecup2?? xDD kan jadi senan~!! xD (?) kkkk

    lucu lah~! like this! hahaha xp

    BalasHapus
  2. ada kritik/saran??
    maaf kalo ada yg kurang berkenan hehehe....
    ya saking senengnya kah smpe typo kkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. mungkin ada beberapa penjelasan yg masih agak kurang..
      terus agak bingung di bagian yang awalnya baru mau di jodohin kan, trus km flashback ke waktu pertama kenal.. tp d selanjutnya tiba2 udah sampe di mereka punya anak2..
      kalo menurutku sih, mungkin lebih oke kalo dari awal mereka udah punya anak, trus gegara sesuatu, salah satunya jadi inget gimana mereka waktu pertama kenal dulu.. nah, gitu jadi ceritanya ga lompat terlalu jauh.. kecuali klo mau dibikin series.. bisa lebih panjang jelasinnya.. hehe

      udah, gitu aja sih.. tp ini udah bagus kok.. hahaha.. aku nyengir sendiri bacanya~ di kecup2 xp

      Hapus
  3. oke makasih masukannya, ini buat udah lama dan pas mau post ga tak cek lg ._. hmm kalo dlm bhs film ini disebut nonlinear kkkk *alibi*

    BalasHapus