woohoo........HYUNRI IS BACK *koprol*
hahahaha dateng dengan fanfic request yang ga tau udah berapa lama dipesennya, akhirnya bisa post juga setelah fanficnya bersarang lama di folder, buat chaeyong eonni yang udah nunggu lama banget, maaf ya baru bisa dipost sekarang *bow*
maaf juga kalo ada typo-typo dikit ya ^^
CAST:
·
Choi
Chae Yong(OC) as eomma
·
Lee
Jinki as appa
·
Lee
Jeong Shin
·
Lee
Jin Yong
***
PROLOG
“halmeoni serius?”
Chaeyong duduk mendekati neneknya yang sedang
duduk menghadap jendela dan menyesap tehnya, neneknya menatap chaeyong dengan
mata sayunya “aaa ne algesseumnida halmeoni” sambung chaeyong yang sudah
mengerti jawabannya dari tatapan sang nenek.
“tapi apakah harus
secepat itu?” chaeyong bergerak maju memeluk neneknya dari samping dengan manja
dan menempelkan wajahnya ke wajah neneknya, dengan lembut sang nenek mengusap
lengan chaeyong yang mengalung dilehernya “tidak, tunggu sampai kau lulus
sekolah saja, arrachi?”
Belum sempat chaeyong
meng-iya-kan perkataan neneknya, suara bel rumahpun mengalihkan perhatian nenek
dan chaeyong, bergegas chaeyong membukakan pintu rumah neneknya dan disana
jinki laki-laki yang akan dijodohkan dengan chaeyong sudah berdiri diambang
pintu dengan senyum yang membuat siapapun ingin mencubit pipinya.
“boleh aku masuk?”
Tanya jinki setelah beberapa saat chaeyong hanya diam sambil memegangi gagang
pintunya. Chaeyong berkedip, kembali dengan ‘sok cool’nya dan langsung menepi,
mempersilakan tamunya masuk.
Jinki masuk mendahului
chaeyong setelah mengganti sepatunya dengan sandal rumah yang disediakan dan
langsung menghampiri nenek dan langsung disambut dengan ramah oleh nenek,
chaeyong memandangi keduanya, ia merasa neneknya sangat bahagia berada didekat
jinki, sungguh terlihat seperti nenek dan cucu kandung.
Nenek beranjak dari
duduknya dan mengajak chaeyong serta jinki untuk duduk santai di halaman
belakang rumah. Mereka bertiga mulai membicarakan hal yang serius yang akan
dijalani oleh chaeyong dan jinki nanti.
Chaeyong melihat gerak
gerik jinki, senyum mengembang selalu ia tampakkan terlihat seperti tidak ada
beban didalam dirinya, chaeyong merasa sedikit lega karena itu setidaknya ada
kemungkinan bahwa dalam diri mereka masing-masing ada perasaan yang sama pula.
Meski jinki tampak
ceria disana tapi dia sama sekali tidak terlihat sedang main-main, justru
sebaliknya kesan meyakinkanlah yang muncul dalam setiap senyumnya, dan mungkin
itulah alas an mengapa nenek menjodohkan chaeyong dengan jinki, dan semoga
pikiran chaeyong yang mengatakan bahwa jinki adalah orang yang tepat itu tidak
salah lagi.
Sekitar 2 jam obrolan
mereka selesai dan jinkipun mengantar chaeyong pulang kerumahnya, mereka berdua
menyusuri trotoar yang teduh. Jinki menuntun sepedanya dan chaeyong berjalan
dengan diam disampingnya.
Mungkin karena baru
beberapa kali bertemu jadinya mereka terlihat masih canggung tapi jinki selalu
mencoba untuk mengejak chaeyong bercanda meskipun diujung pasti tawa garing
dari jinki sendirilah yang keluar, selalu begitu sampai mereka berdua benar2
sampai didepan rumah chaeyong.
-CHOI CHAE YONG-
Seorang mahasiswi berusia 26
tahun, penampilannya tomboy dan sedikit cuek, tidak seperti wanita sebayanya
yang sering keluar masuk salon atau butik untuk bergaya, dia lebih memilih
berambut pendek, memakai kemeja atau hoodie dengan jeans, sneakers dan juga tas
ranselnya. Hobinya bermain basket bahkan dia terpilih menjadi kapten tim basket
dikampusnya, tapi siapa sangka dibalik penampilannya yang seperti itu, dia
adalah seorang ibu dengan 2 orang anak, jeongshin dan jinyong.
Niat awal orang tua chaeyong untuk
menikahkan putrinya dengan pria
yang chaeyong pilih sendiri itu adalah supaya chaeyong bisa menjadi sedikit
lebih feminin, tapi nampaknya usaha yg paling klimaks itupun belum berhasil
karena chaeyong masih seperti chaeyong yang dulu.
-LEE JINKI-
Penyanyi sekaligus gitaris sebuah
band yang lumayan terkenal di seoul ini diketahui adalah suami dari seorang
choi chaeyong, usianya 3 tahun lebih tua darinya. Wajahnya tampan dan terlihat
5 tahun lebih muda dari usia sebenarnya, mata yang membentuk bulan (sangat)
sabit saat dia tersenyum, dia juga memiliki ‘wide smile’ yang sangat menawan.
Jinki adalah orang yang mudah
bergaul, sangtae itulah julukan yang sangat melekat pada diri seorang lee jinki,
tapi dibalik itu semua, dia memiliki pribadi yang membuat semua ibu-ibu ingin
menjodohkan putri mereka dengannya.
Pertemuannya dengan chaeyong
disebuah acara musik 11tahun lalu itu mungkin bisa dibilang jodoh, dan bisa
dibilang juga ia mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama, pada awalnya dia
tidak mempercayai itu, tapi tanpa disangka pertemuan itu menjadi awal dimana
dia dan chaeyong menjadi sering bertemu karena ternyata pacar dari teman satu
bandnya, jonghyun, adalah teman baik dari seorang chaeyong.
Seoul, 12 mei 2001
Ia mengepal lightsticknya tanpa
menggerakkan, bahkan menghidupkan lampunya saja tidak, tidak seperti penonton
lainnya yang rata-rata usianya sama dengannya yang heboh meneriaki nama
member-member band itu termasuk sahabat di sebelahnya yang begitu antusias
meneriaki nama seniornya semasa SMP dulu, pandangannya lurus kedepan,
memandangi sebuah grupband yang sedang talkshow diatas panggung sana, ia sama
sekali tidak berminat untuk melakukan hal yang sama seperti yg dilakukan
kebanyakan dari mereka.
Beberapa menit kemudian, lampu
studio mulai dimatikan dan hanya tersisa lampu panggung yang tidak terlalu
besar itu yang menyala, dentuman drum mulai menggema bersamaan dengan bertambah
ramainya sorakan dari penonton.
Kelima penyanyi sekaligus
pemegang alat musik itu mulai berinteraksi dengan penonton saat mereka mulai
benar-benar memainkan lagu pertama mereka.
Ia masih menggengam lightsticknya
seperti tadi, tapi kini matanya tidak lagi datar menatap panggung, rasanya
tidak malas lagi tapi lebih tepatnya ia sedang terpesona sekarang saat seorang
gitaris itu mulai mengeluarkan suara yang terdengar khas, serta wide smilenya
itu terlihat jelas dilayar LCD besar diatas panggung itu yang membuat
jantungnya tiba-tiba berdetak lebih kencang.
Jujur ini baru kedua kalinya ia
menonton sebuah pertunjukan seperti ini, karena memang ia tidak begitu tertarik
untuk itu, ia hanya lebih suka menonton pertandingan basket dari pada membuang
uang untuk menonton seperti ini, toh di TV pasti juga akan ditayangkan,
pikirnya.
Tapi kali ini kenapa berbeda?
Apakah ini yang dinamakan fangirling?
Seperti inikah rasanya?
Ia mengedarkan pandangannya,
semua orang berteriak, bahkan ada yang berdiri sambil melonjak dan hanya dia
yang diam dan sesekali memegangi dadanya yang berdebar, tidak bukan dia saja,
tapi ada satu yang dengan lebih tenang mengangkat lightsticknya dengan satu
tangan memegang dadanya yaitu sahabat yang duduk disebelahnya, yang dia ketahui
sedang jatuh cinta, jatuh cinta pada bassis didepan sana, kakak seniornya dulu.
Kita berdua? Gadis itu dan sahabatnya saling berpandangan
sejenak sebelum si sahabat berpaling untuk kembali melihat pujaan hatinya
diatas panggung.
Ah ahni
Gadis itu menggeleng lalu menunduk sambil
memejamkan matanya.
***
Seoul, 12 mei 2012
“jeongshin-a, bangunkan appamu
sana” perintah chaeyong pada anak laki-lakinya sambil mengoles selai coklat di
keempat roti yang sudah ia siapkan setelah sebelumnya ia menyiapkan tasnya dan
juga mendandani anak perempuannya yang masih TK untuk berangkat bersamanya “ini
bekalmu jinyong-a” ucap chaeyong riang, memperlihatkan kotak makan berisi
roti-roti yang ia potong dengan berbagai bentuk, jinyong tersenyum dengan
mulutnya yang penuh dengan sarapannya.
Dan dari dalam dengan sedikit
berlari jeongshin langsung duduk di kursinya “eomma, appa tidak mau bangun”
adunya, chaeyong ber’eh’ ria sesaat kemudian ia mengangguk, benar suaminya baru
pulang subuh tadi, pasti ia masih lelah dan sangat ngantuk “ ya sudah biar
appamu istirahat, ayo makan sarapanmu”
Pagi itu chaeyong, jeongshin dan
jinyong makan dengan tenang tanpa jinki lagi, tapi itu sudah biasa karena
kesibukan jinki sebagai musisi yang jadwal terbangnya lumayan padat, tapi tidak
jarang juga mereka makan bersama dan juga pergi bersama, dan minggu ini, jinki
akan banyak berada dirumah karena ia baru saja menyelesaikan rangkaian tour
bersama bandnya.
“jinyong, sudah makannya?” tanya
chaeyong setelah melihat jinyong yang berusia 5 tahun itu meletakkan rotinya,
ia mengangguk lalu mengambil gelas berisi susu dan meminumnya tapi tidak sampai
habis. “aku juga sudah eomma” sambung jeongshin yang piring dan gelasnya nampak
bersih, chaeyong beranjak dari duduknya “aaa..pintar anak eomma” ucapnya sambil
mengelap belepotan disisi bibir kedua anaknya, bergantian.
Lalu chaeyong mengulurkan tangan
pada putri bungsunya, mengajaknya untuk turun dari kursi dan bersiap untuk
berangkat kesekolah dan jeongshin setelah meletakkan piring dan gelasnya di
tempat cuci piring ia langsung berhambur ke ruang tv, ia memang sedang libur
sekolah karena kakak kelas 6 sedang ujian sekarang.
“hap..kajja” chaeyong menggendong
putrinya dan membawanya kekamar untuk berpamitan pada jinki sebelum mereka
berangkat, chaeyong menurunkan jinyong dari gendongannya dan putri kecil itu
langsung menghampiri jinki yang masih tertidur, lalu ia mencium kening dan
kedua pipi ayahnya “appa aku berangkat sekolah dulu” ucap jinyong dengan nada
suara yang terdengar sangat menggemaskan, jinki menggeliat, membuka sebelah
matanya tapi sama saja ia tetap terlihat terpejam karena matanya yang sangat
sipit.
“aa..anak appa” gumam jinki lalu
memeluk tubuh mungil jinyong dan memejamkan matanya lagi “yah!..appa lepas, aku mau sekolah”
rengek jinyong sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan ayahnya “hehe
baiklah hati-hati ya sayang, ppoppo” ucap jinki sambil menunjuk pipinya dengan
mata terpejam tanpa basa-basi anak polos
itu menuruti permintaan ayahnya.
“sudah, jinyong ayo berangkat”
ajak chaeyong sambil melirik jam tangannya “ne..” jinyong berlari kecil dengan
tas pink kecil bergambar rapunzel menggantung indah dipunggungnya “appa kami
berangkat dulu, annyeong” pamit jinyong dan chaeyong pada jinki yang tersenyum
hangat walaupun dengan mata terpejam “hati-hati ya oemma, jinyong-a”
“oya appa, jangan lupa
sarapannya..itu nanti kalau makan siang, tadi aku sudah memasak jadi tinggal
dipanaskan saja, aku pulang agak sore, jadi jinyong kau yang jemput ya” sambung
chaeyong sebelum menutup pintu kamarnya. “lideo jinki appa, ingat ya” sambung jinyong dengan cute nya “ne
noona-noona”
Jinyong berlari lebih dulu
kedepan sedangkan chaeyong masih memasukkan beberapa barang lagi ketasnya
“jeongshin-a, jangan keluar rumah kalau appa belum bangun, mainnya didalam dulu
ya, arrachi?” jeongshin mengangguk mengiyakan “eomma pulang sore lagi?” tanya
jeongshin tanpa mengalihkan pandangannya dari film kartunnya itu “iya, nanti
kau ikut saja kalau appa jemput adikmu” jawab chaeyong, jeongshin mengangguk “baiklah eomma berangkat dulu ya” lanjut chaeyong lalu mencium puncak
kepala jeongshin “oppa, aku berangkat sekolah dulu ya” teriak jinyong dari arah
depan, ia sedang belajar pakai sepatu sendiri sekarang “ne, hati-hati
jinyong-a”
***
“dan akhirnya
raja dan ratu hidup bahagia di istana barunya bersama anak-anak
mereka..selesai” chaeyong menutup buku dongengnya sambil tersenyum lega, lalu
melihat ke sebelah kana dan kirinya, kedua malaikat kecilnya sudah tertidur
pulas ternyata. Ia meregangkan otot lehernya yang sedikit pegal dan beranjak
dari kasur bermotif kartun itu dengan hati-hati agar kedua anaknya tidak
terbangun karena gerakannya, ia membenarkan selimut lalu mencium kedua kening
dan mengusap lembut kepala anaknya bergantian.
BRUUK “auuch”
chaeyong meringis dan menahan pekikannya agar kedua anaknya tidak terbangun, ia
baru saja terjatuh karena ujung selimut yang terjuntai di lantai, setelah
memastikan dia tidak apa-apa, chaeyongpun berdiri, meletakkan buku dongeng itu
di meja belajar lalu keluar kamar dengan membiarkan lampu tidur yang remang itu
menyala.
“sudah tidur?”
Tanya jinki yang tiba-tiba dating dan melongokkan kepalanya kedalam kamar yang
pintunya baru akan chaeyong tutup, chaeyong masih memegang knop pintu sambil
mendongak melihat wajah jinki lalu mengangguk cepat. Jinki berada tepat dibelakang chaeyong dan
memblokade akses untuk chaeyong sedikit bergeser menjauh darinya. Sedetik, dua
detik, tiga detik, empat detik, lima detik “benar sudah tidur” kata itu baru
terucap setelah lima detik jinki melongokkan kepala kekamar anaknya.
Jinki mundur selangkah, melihat istrinya diam
dengan tangan yang masih memegang erat
knop pintu itu, “yha” desis jinki membuyarkan lamunan chaeyong, chaeyong
menoleh dan menyadari jinki sudah tidak memblokade jalannya dengan segera ia menutup
pintu kamar dan dengan segera pula jinki merangkul bahu chaeyong untuk menjauh
dari kamar kedua malaikatnya.
-chaeyong’s scene-
Lagi-lagi jinki aishh tiba-tiba saja badannya
yang jauh lebih tinggi itu ikut mendorongku maju karena kepalanya melongok
kedalam kamar yang baru akan aku tutup, nafas hangatnya menyapu puncak kepalaku
dan wangi pengharum pakaian aroma blossom yang lembut langsung menyeruak
sekarang bisa dipastikan lagi, sedang ada pacuan kuda didalam dadaku.
Entah sudah berapa ratus kali aku berada
didekatnya, tapi perasaan seperti ini masih saja muncul, agak tidak biasa
memang, tapi ini lah kenyataannya “benar sudah tidur” jinki membenarkan
jawabanku tadi setelah memeriksa kedalam kamar “yha” jinki mendesis lebih
tepatnya memanggilku dengan berbisik dan aku sadar aku baru saja melamun,
dengan cepat aku menutup pintu kamar anakku dan dengan cepat pula tangan lembut
milik jinki merangkul bahuku tanpa membiarkanku berbalik terlebih dahulu.
Teras belakang. Jinki membawaku ke teras
belakang rumah, aku mengikutinya saja meskipun masih ada bahan yang harus ku
pelajari lagi untuk ujianku besok, aku juga butuh udara segar, jinki sepertinya
sama, ya jadi aku anggap ini cukup untuk refreshing kita berdua.
“aku harus belajar untuk besok” ucapku dengan
nada menolak sambil mendudukkan diriku di lantai kayu dan menjuntaikan kakiku
ke tanah, tubuh dan hati ku memang tidak bisa berbohong kalau aku memang butuh
sedikit penyegaran setelah hampir dua pekan ini aku sibuk dengan tugas kuliah
dan ujianku “hanya satu pelajaran kan untuk besok? Tenang nanti aku temani kau
belajar, sekarang santai sebentar tidak apa-apa kan” kata jinki seraya
mengikutiku duduk.
Aku tersenyum, lalu mendongak dan
menendang-nendang udara dibawah kakiku, aku melirik kearah jinki, kulihat dia
juga ikut mendongak sepertiku, sebenarnya tidak ada apa-apa diatas sana hanya
saja aku merasakan udara malam ini benar-benar membuatku nyaman “bagaimana
tournya kemarin?” tanyaku sambil berpaling ke arahnya “menyenangkan, hyunri
juga ikut, dua hari terakhir dia menyusul kami ke incheon” jawab jinki dengan
seketika menatap mataku dan aku langsung mengalihkan pandanganku lurus kedepan.
“hhh..mendadak dia jadi grupis, kemanapun
jonghyun pergi dia mengikutinya” jinki terkekeh, akupun ikut terkekehmendengar
jinki membicarakan sahabatku semasa sekolah dulu yang kini sudah resmi menjadi
istri dari kim jonghyun bassist dari grup band yang di ketuai oleh jinki,
suamiku.
“kebiasaan saat fangirling semasa SMU dulu
kambuh lagi”
“untungnya dia tidak harus dikejar security
sekarang” tambah jinki, aku dan jinkipun makin tertawa meskipun harus sedikit
ditahan agar anak kami tidak terbangun. “untukmu” aku menghentikan tawa ku saat
jinki menyodorkan sebuah benda mirip gelang berwarna pink tepat didepan
wajahku, bukan, bukan mirip tapi itu memang gelang, tapi tunggu.. aku menoleh
kearah jinki “itu?” aku menggantungkan pertanyaanku sambil memandangi gelang
yang sepertinya tidak asing lagi untukku, kulihat jinki terkekeh “aku
menemukannya di laci meja belajarmu, ini gelang pasangan kan?” ucapnya sambil
menunjukkan tangannya yang memakai gelang yang sama.
Seperti tertangkap basah akupun mengambil gelang
yang disodorkan jinki dan langsung menunduk malu, “hahaha kiyeowa” ucap jinki
sambil mengacak rambutku.
-chaeyong’s scene end-
Jinki masih melanjutkan senyumnya sambil
mengacak pelan rambut chaeyong, lalu menarik bahu istrinya agar lebih mendekat
mendekat dengannya, jujur saja jinki merasa merindukan saat seperti ini, sudah
2 minggu terakhir ia jarang bertemu dengan chaeyong meskipun mereka tinggal
satu rumah, karena kesibukannya dan juga chaeyong yang sibuk akan tugas kuliah
dan ujiannya.
“untung aku menemukannya, kalau tidak mau sampai
kapan kau menyimpannya? Kkk ” Tanya jinki pada chaeyong yang diam sambil
memandangi pergelangan tangan kanannya yang dililit gelang pemberian jinki.
Chaeyong mengangguk “emm..choayo ” balas chaeyong “emm..besok kita sama-sama
mencari barang yang pas untuk mereka, aku tidak pandai memilih barang untuk
anak-anak” kata jinki yang langsung terkekeh setelahnya.
“sepertinya aku juga sama”
“kalau begitu, besok kita ajak juga mereka, biar
mereka pilih sendiri ~ dan ini…” jinki menggantung pembicaraannya lalu mengecup
puncak kepala chaeyong yang dari tadi bersandar di bahunya “biar kita berdua
yang punya” lanjutnya.
***
Hommy…perasaan lega dan nyaman itulah yang
chaeyong rasakan saat menginjakkan kaki kedalam istana kecilnya, ini baru jam
11 siang dan seharusnya ia baru berangkat tapi karena mendadak ujian dimajukan
jadi ia harus berangkat pagi-pagi sekali tanpa sempat menyiapkan sarapan untuk kedua
anak dan suaminya.
“eomma…” tangan kecil jinyong tiba-tiba
melingkar dipinggang chaeyong saat chaeyong belum sempat melepas sepatunya.
Chaeyong tersenyum, mendongakkan kepala putrinya lalu mencium lembut pipi
chubby jinyong.
“eh..rambutmu kenapa sayang?” Tanya chaeyong
yang menyadari akan keanehan bentuk rambut putrinya itu, sesaat lalu
pandangannya beralih pada sosok pria bermata sipit yang sedang nyengir kuda
sambil mengangkat sisir dan pita-pita diruang tengah itu.
Chaeyong bergegas melepas sepatunya dan berganti
dengan sandal rumah, menggendong putri kecilya dan ia dudukkan lagi ditempat
semula, didekat ayahnya “bagaimana ujiannya?” Tanya jinki sambil menyenggol
tangan chaeyong, chaeyong menoleh, tersenyum lalu menepuk pelan bahu jinki
“lancar” ucapnya kemudian berlalu menuju dapur.
“apakah hari ini jadi?” Tanya chaeyong yang baru
saja mengenggak habis air minumnya dan duduk disofa sambil meregangkan
otot-ototnya yang sedikit kaku, jinki mengangguk tanpa mengalihkan perhatiannya
dari rambut putri kecilnya “jam 3 ya kita berangkat” ucap jinki dan chaeyong
mengangguk cepat, senang? Tentu saja akhirnya dia bisa tidur siang juga,
setelah menempuh jadwal kuliahnya yang padat.
-14.30-
Jinki
menengok kedalam kamarnya, dan mendapati chaeyong masih tertidur pulas di
kasurnya, jinki mendekat, menyibakkan poni chaeyong dan mencium keningnya.
Wajah polos chaeyong saat itu menggambarkan kalau ia benar2 sedang lelah hari
ini dan jinki pun memilih mengurungkan niatnya untuk mengajak keluarga kecilnya
pergi jalan-jalan.
Jinki tersenyum memandangi istrinya lalu
mengacak kembali rambut pendek chaeyong dan meninggalkannya keluar kamar.
Diluar kedua anaknya pun masih asik dengan dunianya masing masing, jinki
mendekati jeongshin dan jinyong lalu ikut memainkan robot milik jeongshin “appa,
appa main ini saja” ucap jinyong lucu sambil menyodorkan boneka teddy bearnya
“ah kiyeowa..apa mirip dengan appa??” Tanya jinki sok polos “aniya” jinyong
menggeleng acuh sambil mencoba memakaikan baju ke barbienya.
“hoho dasar jinyong” ucap jinki dengan suara
yang dibuat-buat.
Jinki mengalihkan pandangan ke jeongshin anak
pertamanya “eh jeongshin, kau jaga adikmu ya appa mau keluar sebentar ne”
“appa mau kemana jinyong ikut” sahut jinyong
sedikit merengek, “appa hanya sebentar, nanti appa belikan kembang api juga ice
cream tapi jinyong dirumah sama jeongshin oppa, arra?” jinki menenangkan
jinyong sambil mengusap rambut anaknya yang sudah diam. “iya jinyong dirumah
sama oppa ya” sambung jeongshin
“ne” jawab jinyong yang sudah mulai sibuk dengan
mainannya, iya menurut saja karena ia percaya ayahnya tidak pernah berbohong
padanya.
-16.00-
“appa pulang” sapa jinki saat memasuki rumah
dengan 2 katong besar berisi belanjaan, “darimana saja? Bukankah kita akan
jalan keluar?” Tanya chaeyong sambil mengambil alih satu kantong belanjaan dan
mencoba menengok isi didalamnya “ige mwoya?” tanyanya lagi sebelum jinki sempat
menjawab.
Jinki hanya tersenyum sambil terus berjalan
menuju halaman belakang rumahnya dan diikuti juga oleh kedua anaknya yang menagih
ice cream dan kembang api yang tadi ia janjikan. Dan dengan sabarnya jinki
menjawab ocehan anak-anaknya sambil terus melanjutkan aktifitasnya.
“eomma, bisa bantu appa?” seru jinki dari dalam
gudang dan dengan kecepatan minimum, chaeyong menghampiri jinki dan membantunya
mengangkat alat pemanggang itu keluar “kita akan BBQ-an?” Tanya chaeyong yang
terlihat keberatan mengangkat alat itu “ehem…kulihat tadi ~ aa letakkan disini
saja” ucapan jinki terpotong “kulihat tadi kau terlihat kelelahan jadinya aku
punya ide yg kupikir cukup bagus untuk menikmati weekend ini hehe” lanjut jinki
sambil menepuk telapak tangannya yg sedikit berdebu.
“eotte?”
“hmm joh-a” chaeyong mengangguk lalu beralih
mengeluarkan isi belanjaan yang dibeli jinki tadi setelah mencuci tangannya.
Matahari sudah semakin tenggelam saat jinki baru
saja berhasil menyalakan api di pemanggangnya dan chaeyong yang juga sudah siap
dengan dagingnya. Jinki kembali masuk kedalam rumah untuk mengambil ice cream
yang ia simpan didalam freezer tadi dan juga mengajak anak2nya keluar untuk menikmati pesta kecilnya.
Chaeyong
melambaikan tangannya kearah dua malaikat kecilnya, jinyong berlari kecil,
mengembangkan senyumnya dengan kedua pipi yang terangkat ke atas dan membuat
matanya melengkung sehingga terlihat sangat mirip dengan ayahnya.
Sedangkan
jeongshin sibuk mengamati bungkusan kembang api yang ia bawa sambil sesekali
menarik baju ayahnya untuk menanyakan bagaimana nyala kembang api tersebut,
terlihat jeongshin sudah tidak sabar untuk menyalakan kembang api hingga dia
harus berlari kearah chaeyong dan menyanyakan ulang pada tentang bagaimana
kembang api itu menyala.
“sabarlah
sebentar, kalau langitnya belum gelap betul, kembang apinya akan jelek
sayang..” ucap chaeyong sambil mengusap pipi anak laki-lakinya itu.
Jeongshin
mengangguk pelan, lalu menoleh ke arah jinki “benar begitu appa?” tanyanya,
jinki mengangguk sambil menyendokkan beberapa scoop ice cream ke mangkuk
jinyong.
Jeongshin
meletakkan kembang apinya dan duduk disamping jinyong yang asik mencolek-colek
ice creamnya “enak?” tanya jeongshin yang dijawab dengan anggukan imut dari
adiknya itu.
Jinki dan
chaeyong berdiri didepan pemanggang, mengamati tingkah laku kedua anaknya
sambil membolak-balik daging yang sedang mereka bakar, sesekali jinki menatap
chaeyong dengan tatapan –seperti itulah anak kita-
~
“jinyong makan
yang banyak ya, nanti makan ice cream lagi” ujar chaeyong sambil memotongkan
daging untuk jinyong “eomma aku sudah selesai” sahut jeongshin saat baru saja
chaeyong ingin menyuruhnya makan lagi.
Jeongshin
langsung turun dari tempat duduknya dan menarik baju jinki untuk segera
menyalakan kembang apinya.
Jinki
menurutinya dan berdiri dengan mulutnya yang masih mengunyah, ia mengambil
kembang api berbentuk roket itu dan menancapkannya ketanah lalu menyulutkan api
pada sumbunya dan berjalan mundur beberapa langkah.
Terlihat
chaeyong menutupi telinga jinyong, begitu juga jeongshin yang menutupi
telinganya sendiri dan ‘swiiiiiinggggg....dar..der..dor...duar” kembang api itu
menyala ramai di langit, bisa didengar jinyong dan jeongshin bersorak melihat
percikan kembang api nya.
Chaeyong sudah
tidak lagi menutup telinga jinyong dan beralih ke piringnya lalu menyuapi
jinyong kembali serta mencoba menyuapi jeongshin juga, sedangkan jinki sudah
siap dengan kembang api yang lebih besar yang akan segera ia nyalakan.
“lihat yang
ini akan lebih bagus” ucap jinki sambil membawa kembang api sebesar kaleng
potato chips itu menjauh ketengah halaman belakang, menyulutnya lalu berlari
kearah chaeyong, jeongshin dan jinyong.
Kembang apipun
menyala, kali ini lebih meriah dari yang sebelumnya, jinyong melonjak
kegirangan mengikuti kakaknya.
Jinki menghela
nafas senang lalu duduk disebelah chaeyong dan merangkulkan tangannya dibahu
chaeyong “kau senang?” chaeyong menoleh sekilas lalu kembali memperhatikan
kedua anaknya yang melonjak-lonjak itu “ hmm...seperti mereka” jawab chaeyong
dengan senyum yang menampakkan semburat merah dipipinya.
“aku juga...”
balas jinki sambil memandang jinyong dan jeongshin, sesaat kemudian mendaratlah
ciuman kilat dipipi jinki, ia menganga dan menoleh ke-si pemberi ciuman itu,
chaeyong yang kini menunduk dengan wajahnya yang merah sempurna, begitu juga
jinki wajahnya juga memerah, terkejut dengan surprice yang diberikan chaeyong
kali ini.
Chaeyong
nampak berdehem, mencoba untuk stay cool seperti biasa “ terimakasih untuk
malam ini” ucapnya sambil menepuk pipi jinki pelan seperti menyadarkan jinki
dari bengongnya.
“ehh..ya...untuk
apa berterima kasih, aku suamimu..dan inilah tugasku, membuat istri dan
anak-anakku bahagia” balas jinki yang langsung kembali salah tingkah, ia
berdiri dan akan bergabung dengan kedua anaknya.
Langkah jinki
terhenti, ia berbalik, menatap chaeyong dan mencium keningnya “saranghae” ucap
jinki pelan tapi masih jelas terdengar dan ia langsung berhambur bersama
jinyong dan jeongshin, sementara chaeyong duduk mematung disana.
“eomma
kemarilah” panggil jeongshin yang menyadarkan lamunan chaeyong, ia mengikuti
panggilan anaknya lalu menghampiri mereka dan duduk diayunan sambil melihat
mereka bercanda.
Jinki
tersenyum lebar dengan sesekali memandang wajah cerah chaeyong yang menahan
rasa bahagianya.
-JINKI POV-
Aku tidak bisa
menahan rasa bahagiaku saat bersama mereka, malaikatku. Aku mengankat jinyong
tinggi-tinggi dan dia tertawa senang, kini jeongshin meskipun agak berat aku
juga bisa mengangkatnya, haha...Entah bagaimana, tapi rasanya aku tidak bisa meninggalkan
mereka sedetikpun, aku sangat mencintai mereka.
Jeongshin,
jinyong dan chaeyong..saranghae.
-END-_hyunRi_
waaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh!!!!!!!!!!!!
BalasHapusnado saranghae appa~!! xDD *peres*
sukaaaaaa!! sukaaaaaa!!
tp knp jinki jadi hobi kecup2?? xDD kan jadi senan~!! xD (?) kkkk
lucu lah~! like this! hahaha xp
ada kritik/saran??
BalasHapusmaaf kalo ada yg kurang berkenan hehehe....
ya saking senengnya kah smpe typo kkk
mungkin ada beberapa penjelasan yg masih agak kurang..
Hapusterus agak bingung di bagian yang awalnya baru mau di jodohin kan, trus km flashback ke waktu pertama kenal.. tp d selanjutnya tiba2 udah sampe di mereka punya anak2..
kalo menurutku sih, mungkin lebih oke kalo dari awal mereka udah punya anak, trus gegara sesuatu, salah satunya jadi inget gimana mereka waktu pertama kenal dulu.. nah, gitu jadi ceritanya ga lompat terlalu jauh.. kecuali klo mau dibikin series.. bisa lebih panjang jelasinnya.. hehe
udah, gitu aja sih.. tp ini udah bagus kok.. hahaha.. aku nyengir sendiri bacanya~ di kecup2 xp
oke makasih masukannya, ini buat udah lama dan pas mau post ga tak cek lg ._. hmm kalo dlm bhs film ini disebut nonlinear kkkk *alibi*
BalasHapus